Bandar Lampung — Puluhan debt collector dari berbagai perusahaan mitra finance yang tergabung dalam Asosiasi Profesional Collector Indonesia (APCI) mendatangi Mapolda Lampung, Selasa (9/12), menuntut penegakan hukum setelah salah satu rekannya, Febri Sanjaya (25), menjadi korban pengeroyokan brutal saat menjalankan tugas.
Peristiwa itu terjadi di bengkel ketok magic Barokah, Jalan Ratu Dibalau, Tanjung Senang, Bandar Lampung, sekitar pukul 16.00 WIB. Febri yang saat itu menjalankan tugas penarikan unit Honda Jazz abu-abu metalik B 2198 KP milik debitur yang menunggak angsuran BCA Finance sejak 2016, belum sempat turun dari mobil ketika puluhan pria berbadan kekar tiba-tiba mengepung.
Tanpa dialog dan tanpa alasan yang jelas, sekitar 30 orang berpostur besar, berambut cepak, dan memakai masker langsung memaksa Febri turun sebelum menghajarnya secara membabi buta. Aksi biadab ini berlangsung cepat, sementara warga tidak berani melerai karena jumlah pelaku yang begitu banyak.
Ketua APCI Lampung yang juga pemilik PT Abung Jaya Perkasa, Firdaus, mengecam keras tindakan brutal tersebut.
“Kita hidup di negara hukum. Anggota kami bekerja sesuai prosedur, tapi tiba-tiba dikeroyok tanpa bicara apa pun. Ini aksi barbar yang tidak bisa ditoleransi,” tegas Firdaus.
Ia juga mengungkapkan bahwa kekerasan terhadap kolektor sudah terjadi berulang kali.
“Kejadian seperti ini sudah terulang tiga kali. Belum tahu apakah pelakunya sama, tapi polanya identik. Jumlahnya bisa mencapai 50 orang,” ungkapnya.
APCI mendesak aparat bertindak cepat dan tegas.
“Harapan kami ke Polda Lampung: jangan biarkan premanisme merajalela. Siapa pun pelakunya, proses hukum harus berjalan,” ujar Firdaus.
Atas kejadian ini, Febri bersama penasihat hukumnya, Ali Nurdin, S.H., telah membuat laporan ke SPKT Polda Lampung atas dugaan tindak pidana pengeroyokan sesuai Pasal 170 dan/atau Pasal 351 KUHP. Laporan tercatat dengan nomor LP/B/916/XII/2025/SPKT/Polda Lampung.
Pihak korban dan APCI berharap penyidik segera mengungkap identitas para pelaku dan menindak mereka tanpa pandang bulu, demi menghentikan rangkaian kekerasan yang terus berulang.














