Bukit Durian Sagara, Permata Tersembunyi di Selatan Sukabumi

banner 120x600

SUKABUMI,-Suasana pagi terasa segar di Desa Sukamaju, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi. Udara bercampur aroma khas durian yang menguar dari kebun-kebun di lereng Bukit Durian Sagara.

Di kejauhan, panorama Teluk Palabuhanratu menjadi latar sempurna untuk para pengunjung yang berburu pengalaman menikmati durian langsung dari sumbernya. Terakhir detikJabar menjejak lokasi ini adalah sekitar tiga tahun yang lalui, masih seperti dahulu, Bukit Durian Sagara bukan sekadar kebun durian biasa. Tempat ini menyuguhkan perpaduan antara cita rasa durian unggulan dan keindahan alam.

Karina Larasati (27), putri pemilik Bukit Durian Sagara, menyambut dengan senyum ramah, ia kemudian menceritakan bagaimana menikmati pengalaman panen durian, cerita yang selalu memikat para pengunjung yang datang.

Dari jalan utama Cikakak, papan kecil penunjuk arah mengantar pengunjung berbelok ke jalur yang menanjak perlahan. Asap kendaraan sesekali tertiup angin, tergantikan aroma tanah basah dan daun durian yang rimbun.

Tak banyak yang tahu, jalur ini membawa ke sebuah titik yang belakangan disebut-sebut sebagai hidden gems di Sukabumi, Bukit Durian Sagara.

Begitu sampai di puncak, hamparan Teluk Palabuhanratu terlihat seperti lukisan yang disimpan lama, lalu dibuka kembali di depan mata. Garis pantai yang melengkung, laut biru yang berkilau, dan deretan perbukitan hijau di belakangnya, seolah menyapa siapa saja yang datang.

“Viewnya nggak nyangka sebagus ini. Saya pikir cuma kebun durian biasa, ternyata tempatnya bikin betah,” kata Fadli, wisatawan asal Bandung, Minggu (10/8/2025).

Di tengah lanskap itu, sebuah jembatan kayu berwarna kuning menjadi jalur ikonik yang menghubungkan area parkir, gazebo, dan kafe. Bougenville ungu dan merah muda tumbuh subur di sisi jalur, memberi warna pada hijau pepohonan.

Di salah satu sudut berdiri Selsalse Coffee, kafe kayu berkonsep terbuka. Dari terasnya, laut selatan terbentang luas, sementara di bawahnya pohon-pohon durian tumbuh berjajar rapi.

“Awalnya ke sini mau makan durian saja. Tapi katanya setok duriannya habis saat libur panjang beberapa waktu lalu. Meskipun begitu, terobati karena ternyata suasananya luar biasa. Kalau sore, anginnya adem, rasanya nggak mau pulang,” ujar Rizal, pengunjung asal Bogor yang sore itu duduk dengan secangkir kopi.

Selain durian lokal, saat musimnya tiba pengunjung bisa menikmati varietas premium seperti Musang King dan Duri Hitam langsung dari pohonnya. Namun bagi banyak orang, daya tariknya justru terletak pada suasana, duduk di bangku kayu, memandang laut, sambil membiarkan angin sore mengibaskan rambut.

Menjelang senja, langit perlahan berubah menjadi kanvas berwarna oranye dan ungu. Bukit Durian Sagara pun berubah menjadi tempat yang tak hanya memanjakan mata, tapi juga meninggalkan kesan sebuah permata tersembunyi yang membuat pengunjung ingin kembali.

 

Reporter : Arifin 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *